Ayat Kursi adalah ayat yang agung dan mulia terdapat dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 255. Sebagai muslim, sejak dini sudah di ajarkan bacaan ayat kursi latin dari tulisan arab beserta artinya terjemahan bahasa Indonesia sebagai dzikir dan doa, karena faedah, khasiat dan manfaat ayat kursi yang sangat istimewa.
Sejarah Ayat Kursi
Sejarah dinamakan ayat kursi karena terdapat kata kursiyyuhu “Kursi Allah” dalam ayat tersebut.
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Artinya : Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (AlQuran. Al-Baqarah : 255)
Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dan mulia di dalam Al-Qur’an.
Sebenarnya seluruh ayat dan surat di dalam Al-Qur’an merupakan agung dan mulia, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kehendaknya telah menjadikan sebagian ayat dan surat lebih agung dari sebagian yang lainnya.
Dalil bahwa ayat kursi merupakan ayat yang paling agung yaitu hadis shahih Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut ayat kursi sebagai ayat yang paling agung dalam Al-Quran.
Dalam hadis dari Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada beliau,
يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟
”Hai Abul Mundzir (gelar Ubay), tahukah kamu, ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”
Ubay menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu.”
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan hal itu lagi kepada Ubay, ”Hai Abul Mundzir (gelar Ubay), tahukah kamu, ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”
Hingga Ubay menjawab,
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
”Allahu laa ilaaha illaa huwa al-hayyu al-qoyyum.” (Ayat itu adalah ayat kursi)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk dada Ubay, dan bersabda,
وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
”Demi Allah, selamat atas ilmu (yang diberikan Allah kepadamu), wahai Abul Mundzir.”
(HR. Ahmad 21278, Muslim 810, Abu Daud 1460, dan yang lainnya).
Bacaan Ayat Kursi
Lafadz bacaan ayat kursi dalam tulisan Arab terdapat dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 255, yaitu
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Ayat Kursi Latin
Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum,
laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum.
Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli
man dzal ladzii yasy fa’u ‘indahuu illaa biidznih,
ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum
wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’
wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo
walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.
Terjemahan Ayat Kursi Artinya Bahasa Indonesia
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
Tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS. Al Baqarah 2 : 255)
Video Bacaan Ayat Kursi Latin Arab dan Artinya Indonesia
Tafsir Ayat Kursi
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Artinya : “Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk).”
Allah adalah nama yang paling agung milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mengawali ayat kursi dengan menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran agama Islam dan seluruh syariat sebelumnya.
Maknanya yaitu tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Jadi, konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain Allah.
Al-Hayyu dan Al-Qayyum adalah dua di antara Asmaul Husna yang Allah miliki.
Al Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Allah.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan bahwa kedua nama “Al Hayyu dan Al Qayyum” menunjukkan seluruh al-Asma’ al-Husna yang lain.
Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah Ismullah al-A’dzam artinya nama Allah yang paling agung.
Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di dalam ayat kursi.
لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
Artinya : “Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur.”
Maha Suci Allah dari segala kekurangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menyaksikan dan mengawasi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Allah Ta’ala tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya.
Allah mendahulukan penyebutan kata kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.
Barangkali ada yang mengatakan, Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu menyebut tidak tidur, karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur.
Akan tetapi, Allah menyebut keduanya, hal ini karena bisa jadi orang tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu, dan orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi, menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ
Artinya : “Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.”
Alam semesta semuanya adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kontrol kekuasaan-Nya.
Tidak ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Artinya : “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.”
Memberi syafaat maksudnya yaitu menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya.
Inti syafaat di sisi Allah adalah doa.
Orang yang mengharapkan syafaat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berarti mengharapkan agar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mendoakannya di sisi Allah.
Ada syafaat yang khusus diberikan hanya untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat agar disegerakan dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga dibukakan untuk mereka.
Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalam neraka, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi di dalam surga.
Jadi, seorang muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya di akhirat. Akan tetapi ada syaratnya, yaitu syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan iman.
Disyaratkan dua hal untuk mendapatkan syafaat, yaitu:
- Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
- Ridho Allah untuk orang yang diberi syafaat.
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah.
Selain berdoa, hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat, dengan meraih ridho Allah. Tentunya dengan cara menaati-Nya dengan menjalankan perintah-Nya semampu kita, dan meninggalkan semua larangan-Nya.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Artinya : “Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.”
Kalimat ini adalah dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada.
Ilmu Allah sangat sempurna.
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ
Artinya : “Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya.”
Tidak ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan.
Demikian pula ilmu tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan suatu nama atau sifat Allah, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits.
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
Artinya : “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menafsirkan kursi dengan berkata :
الكُرْسيُّ مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ
“Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah.” (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)
Ahlussunnah wal jama’ah menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk.
Ayat ini menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah.
Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْع مَعَ الكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْض فَلاَةٍ
“Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang.” (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani)
وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا
Artinya : “Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.”
Allah yang Maha Kuat dalam Pemeliharaan langit dan bumi beserta isinya sangat mudah dan ringan bagi-Nya.
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Artinya : “Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Allah memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di atas langit (di atas ‘Arsy).
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: “Di mana Allah?”
Ia menjawab, “Di langit.”
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.”
Maka, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan tersebut ), “Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!” (HR. Muslim no. 537)
Demikian pula Allah Maha Besar (Agung) memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana ditunjukkan oleh keagungan kursi-Nya dalam ayat ini yang sudah dijelaskan diatas.
Amalan Harian Ayat Kursi
Ayat kursi dapat di baca pada setiap waktu sebagai dzikir untuk mengingat Allah Ta’ala, namun ada waktu yang paling utama membaca ayat kursi sebagai amalan harian.
1. Membaca Ayat Kursi di Waktu Pagi dan Petang
Ayat kursi waktu utama untuk membacanya yaitu ketika pagi hari dan juga ketika petang karena ada dalil shahih yang menyatakan bahwa siapa yang membacanya dzikir pagi dan petang diwaktu tersebut akan mendapatkan perlindungan dari Allah Ta’ala.
Dalilnya dari Ubay bin Ka’ab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَرَأَتْهَا غُدْوَةً أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأَتْهَا حِيْنَ تُمْسِي أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ
Artinya : “Siapa yang membacanya (ayat kursi) ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya (ayat kursi) ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.”
(HR. Al Hakim 1: 562. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 655)
2. Membaca Ayat Kursi Sebelum Tidur
Amalan harian bacaan ayat kursi yang utama yaitu membacanya sebelum tidur.
Amalan membaca ayat kursi sebelum tidur kisahnya berasal dari sahabat Abu Hurairah yang berjumpa dengan jin setan.
Pada suatu kesempatan diberitahu oleh setan tersebut bahwa ayat kursi apabila dibaca sebelum tidur manfaatnya yaitu Allah akan memberikan penjagaan dari setan hingga pagi hari, hal ini dibenarkan oleh Rasulullah setelah Abu Hurairah bercerita kepada beliau.
Dalil cerita Abu Hurairah bertemu dengan Jin Setan cukup panjang namun patut untuk disimak untuk menambah ilmu agama yang insya Allah bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Kisah Abu Hurairah bertemu dengan Jin Setan
Hadist Shahih Bukhari disebutkan kisah Abu Hurairah bertemu dengan Jin Setan secara lengkap sebagai berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah).
Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan serta mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”
Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya.
Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga.
Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan.
Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang (kembali) dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya.
Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.”
Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga.
Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya.
Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah ketiga kali, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali.
Ia pun berkata, “Biarkan aku, Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allohu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut.
Manfaatnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”
Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allohu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’.
Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.”
(HR. Bukhari no. 2311).
3. Membaca Ayat Kursi Setelah Sholat 5 Waktu
Ayat kursi waktu yang utama dibaca sebagai amalan harian yaitu ketika setelah menunaikan sholat wajib 5 waktu.
Dalilnya dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ اِلاَّ اَنْ يَمُوْتَ
Artinya : “Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai sholat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.”
*Maksudnya, tidak ada yang dapat menghalanginya masuk surga ketika mati.
(HR. An-Nasai dalam Al Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban)
Khasiat dan Manfaat Ayat Kursi
- Dilindungi Allah ketika Pagi dan Petang, siapa yang membacanya di waktu Pagi dan Petang
- Mendapatkan perlindungan Allah saat tidur dari Setan, bagi yang membaca ayat kursi sebelum tidur
- Memasukkan ke Surga siapa saja yang membacanya setiap selesai sholat wajib 5 waktu
3 manfaat utama ayat kursi dari hadist amalan bacaan harian ayat kursi semoga bisa di amalkan dengan istiqomah.
Sebenarnya masih banyak kegunaan ayat kursi dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk mengobati penyakit baik medis maupun non medis seperti kesurupan dengan ruqyah syariah.
Keistimewaan Ayat Kursi
Ayat Kursi merupakan ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an.
Nama Allah yang paling agung disebut Ismullah al-A’dzam, ada dalam bacaan ayat kursi.
Hadist dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, yaitu :
اسْمُ اللَّهِ الأَعْظَمُ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ فِى سُوَرٍ ثَلاَثٍ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطَهَ
Ismullah al-A’dzam, apabila orang berdoa dengan menyebut namanya itu maka doanya akan dikabulkan, ada di tiga surat : al-Baqarah, Ali imran, dan Thaha. (HR. Ibnu Majah 3988, dan dishahihkan al-Albani)
Abu Abdurrahman al-Qosim mengatakan, Akupun mencarinya dalam al-Quran, ternyata :
Di surat al-Baqarah ada di awal ayat kursi,
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Kemudian di surat Ali Imran ada di ayat kedua,
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Dan di surat Thaha ada di ayat 111 :
وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ
Berdasarkan dalil hadist shahih diatas mengandung Ismullah al-A’dzam ( nama Allah yang paling agung ) yaitu
Al-Hayyu [الْحَيُّ]
Al-Qoyyum [الْقَيُّومُ]
Pergunakan dalam berdoa dengan menyebut nama Allah yang paling agung Ya Hayyu Ya Qoyyum sebagai pengantar kemujaraban doa dan permohonan kepada Allah Ta’ala.
Insya Allah menjadi lebih berpeluang untuk dikabulkan. Aamiin